Senin, 17 Mei 2010

Repotnya Menaikkan Harga Elpiji

Harga elpiji 3 kilogram (kg) sebesar Rp. 12.750 per tabung (Rp. 4.250 per kg). Sedangkan harga elpiji 12 kg saat ini Rp. 70.000 (Rp 5.833 per kg). Padahal harga keekonomian gas elpiji adalah Rp. 8.505 per kg. Selisih harga keekonomian dengan tabung elpiji 3 kg tidak menjadi masalah bagi PT Pertamina (Persero), karena ada subsidi yang menjadi beban pemerintah. Sedangkan dengan elpiji 12 kg, menjadi masalah bagi Pertamina karena harus menjadi beban perusahaan.

Ketika harga minyak mentah cenderung tinggi seperti saat ini, keinginan Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg selalu muncul. Alasannya, tentu saja karena perusahaan menanggung rugi cukup besar.

Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya membenarkan pihaknya berkeinginan menaikkan harga elpiji 12 kg tahun ini. Kebijakan ini perlu dilakukan karena kalau tidak, Pertamina terus mengalami kerugian. Menurutnya, kerugian Pertamina dari penjualan elpiji non subsidi pada 2009 sebesar Rp. 2,6 triliun.

VP Corporat Communiation Pertamina Basuki Trikora Putra menegaskan pihaknya akan menaikkan harga elpiji 12 kg. sebab dalam kegiatan usaha elpiji 12 kg, Pertamina selalu merugi. “Harga keekonomian gas elpiji sebenarnya Rp. 8.505 per kg. kami tidak ingin kerugian ini berlangsung lama karena merugikan Pertamina,” jelasnya.

Sebagai badanusaha, tentunya Pertamina harus mendaptkan keuntungan. “Pertamina dan pemerintah sebagai pemegang saham memahami kondisi masing-masing,” lanjutnya.
Sebagai BUMN yang tahun ini ditargetikan memperoleh laba bersih Rp. 25 triliun, tentunya berusaha sebisa mungkin menghindari kegiatan yang mengakibatkan kerugian. Ya, menaikkan elpiji 12 kg itu.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar membenarkan kemungkinan harga epiji naik. Namun, besaran dan tahapannya belum diputuskan. Diakuinya, kenaikan akan membebani masyarakatn. Karena itu, pemerintah mengusulkan agar Pertamina tidak menaikkan secara langsung. Tetapi melakukan bertahap.

Nampaknya, pihak pemerintah belum sepenuhnya menerima usulan kenaikan harga elpiji. Menteri ESDM Darmin Zahedy Saleh meminta Pertamina mempertimbangkan kembali rencana itu. “Saya belum dapat laporan dari Dirjen Migas mengenai rencana kenaikan itu,” tambahnya.

Kenaikan harga elpiji 12 kg tidak hanya membebani masyarakat, tetapi dipastikan berpengaruh pada penggunaan elpiji 3 kg. Sering terjadi bencana kebakaran atau ledakan, disebabkan pengoplosan elpiji. Elpiji 3 kg dipindahkan ke tabung 12 kg. Caranya mudah, tabung elpiji isi 3 kg dipindahkan ke tabung 12 kg kosong. Bukankah kualitas elpiji tabung 3 kg dan 12 kg tidak beda. Yang membedakan hanya kemasannya saja. Memang mudah, tetapi beresiko bencana. Karena demi keuntungan lumayan besar, resiko celaka tetap dijalani.

Selain itu, dengan adanya kenaikan, pemakai elpiji 12 kg terdorong pindah menggunakan elpiji 3 kg. kalau masyarakat sudah berbondong-bondong menyerbu elpiji 3 kg, bisa dipastikan stok elpiji 3 kg kosong. Kalau harus menambah jumlah elpiji 3 kg, pemerintah harus siap menambah subsidi.

Mengurangi beban masyarakat dengan memberikan subsidi elpiji 12 kg agar harga tidak naik, jelas tidak bisa dilakukan. Pemerintah memastikan subsidi hanya diberikan kepada masyarakat miskin, yaitu pemakai elpiji 3 kg. Sedangkan pemakai elpiji 12 kg digolongkan masyarakat mampu, yang tak layak mendapat subsidi. Repotnya, masyarakat mampu tak sungkan pindah menggunakan elpiji 3 kg, karena demi menghemat pengeluaran.

Ya, tidak mudah menaikkan harga elpiji. Tak naik, repot Pertamina. Dinaikkan, merepotkan masyarakat dan pemerintah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar