Senin, 17 Mei 2010

Pertamina Ingin Punya Kapal Sendiri

Untuk memenuhi kebutuhan enam bulan kedepan, PT. PERTAMINA (PERSERO) bermaksud melakukan pengadaan 31 (tigapuluh satu) unit Kapal Charter berjenis Time Charter Scheme. Kapal-kapal ini dimaksudkan untuk mendukung rencana pendistribusian minyak mentah (crude), Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG dan STS VLGC (Tug Boat untuk transfer dari kapal ke kapal).

Pada tahun ini juga, PT Pertamina akan memesan sedikitnya 10 kapal tanker baru. Suhartoko, Senior Vice President of Shipping Pertamina, memastikan, Pertamina akan segera menggelar tender enam kapal minyak tanker dan empat kapal elpiji. Nilai investasinya sekitar 200 juta dollar AS. "Tender enam kapal tanker pada bulan ini, sedangkan tender empat kapal elpiji akhir tahun ini," katanya.

Menurut Suhartoko, enam kapal tanker itu untuk memenuhi 10 kapal Pertamina tahun ini hingga 2015. Pertamina akan mengutamakan industri galangan kapal dalam negeri untuk 10 kapal itu, sepanjang galangan tersebut memenuhi kriteria dan kebutuhan Pertamina. Saat ini Pertamina telah mengoperasikan 165-170 kapal. Dari jumlah tersebut, kapal milik Pertamina hanya 35 unit, sisanya adalah kapal sewaan.

Tender kapal Pertamina itu terkait asas pemenuhan kapal berbendera dalam negeri (cabotage) yang mulai berlaku tahun ini. Dari enam kapal ini, Pertamina memesan tiga kapal dengan kapasitas 3.500 dead weight ton (DWT), satu kapal berkapasitas 6.500 DWT, dan dua kapal berkapasitas 17.500 DWT..

Sebelumnya, Pertamina telah mengoperasikan armada kapal baru “MT Gunung Geulis”. MT Gunung Geulis merupakan jenis kapal Aframax/Large Range (LR) dengan panjang keseluruhan/Length Over All (LOA) 243.80 meter berkontruksi double hull dan telah berbendera Indonesia. Kapal ini mengangkut minyak jenis Crude oil/Minyak mentah dari Dumai untuk menunjang peningkatan produksi kilang Balongan. Kapal yang diproduksi tahun 2009 ini merupakan kapal terbesar dan tercanggih berkapasitas 107500 Deadweight Tonnage (DWT) dengan teknologi terkini kendali otomatis dariBridge untuk main equipment di kamar mesin.

Investasi Pertamina dalam bentuk kapal baru diharapkan dapat menekan biaya sewa kapal serta memberikan jaminan tonase jangka panjang sehingga jaminan ketersediaan angkutan laut untuk melayani daerah bencana lebih terjaga. Karena selama ini hanya kapal milik yang sanggup melayani kebutuhan BBM di daerah-daerah tersebut. Hingga 2014 Pertamina menargetkan peremajaan dan penambahan kapal milik hingga 50% dari total kapal yang dioperasikan saat ini.

Hal ini merupakan bagian dari rencana besar peremajaan dan penambahan armada milik sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Pertamina. " Dengan bertambahnya armada perkapalan Pertamina, kita harapkan akan mampu mendorong kinerja Fungsi Perkapalan sehingga ke depan akan semakin efisien, efektif, serta tetap memegang prinsip akuntabel dan transparan." ujar Direktur Utama, Karen Agustiawan, saat peresmian kapal di Dumai.

Pada mulanya, Pertamina hanya memiliki dua unit kapal tanker draft rendah dengan kapasitas 3220 DWT yang dibeli secara BBHP dari PT.CALTEX. Saat itu (1959) urusan armada kapal ditangani oleh Divisi Perkapalan, berdasarkan deknit Presiden RI no.44 tanggal 6 Desember tahun 1975 yang mengatur tentang keberadaan Direktorat Perkapalan dan Telekomunikasi (Dit P&T), dan kemudian bersama dengan Dekrit Presiden no 11 Tanggal 15 Maret tahun 1990, Divisi Perkapalan dirubah namanya menjadi Direktorat Perkapalan, Kepelabuhan dan Komunikasi.

Pada saat itulah armada kapal milik sendiri cukup banyak dan didukung personal yang banyak pula. Hanya saja, besarnya armada tidak diikuti dengan manajemen yang baik sehingga mengakibatkan pengelolaan kurang efisien. Biaya pengangkutan minyak dengan kapal sendiri dinilai lebih mahal dibandingkan jika menggunakan kapal sewa. Maka sedikit demi sedikit jumlah kapal milik berkurang, berganti dengan kepal sewa.

Memenuhi tuntutan saat ini, ingin mempunyak kapal sendiri lebih banyak. Terlebih lagi berdasarkan Dekrit Presiden no. 169/2000 tanggal 7 Desember tahun 2000, nama Direktorat diatas dirubah menjadi Pertamina Perkapalan, yang diharapkan mampu bertindak sebagai suatu Unit Bisnis Strategis (SBU) yang diorientasikan menjadi Perusahaan Perkapalan murni di masa depan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar