Rabu, 25 Maret 2009

Pertamina Itu Besar, Tapi Kecil

PT Pertamina (Persero) tergolong perusahaan besar. Keberadaannya ada dimana-mana, bisa dilihat dari logo perusahaan berupa anak panah ini banyak ditemui di mobil-mobil tangki, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) dan di banyak tempat lainnya.

Besarnya perusahaan dapat dilihat dari banyaknya asset dan sarana yang tersebar di banyak tempat. Lihat saja lapangan eksplorasinya ada di Region Jawa, Region Sumatera dan Region Kawasan Timur Indonesia. Di sektor hilir (Pengolahan dan distribusi), perusahaan memiliki 7 kilang dengan kapasitas 1 juta bph (barrel per hari), lebih dari 100 depot penimbunan dan 40-an depot pengisian pesawat udara (DPPU). Sedangkan fasilitas retail, SPBU, tersebar di sudut-sudut jalan.

Keperkasaan BUMN penyedia energi ini, juga bisa dilihat dari besarnya pendapatan (tahun 2008 sebesar Rp. 540 triliun). Perolehan laba bersih terus bertambah. Pada tahun 2004 meraih keuntungan Rp. 15.38 triliun. Pada tahun-tahun berikutnya, keuntungan terus meningkat. Tahun 2005 meraih Rp. 16,45, 2006 Rp 19.02 triliun, 2007 Rp. 24.5 triliun dan pada 2008 Rp. 30 triliun.

Namun, jika disandingkan dengan perusahaan minyak nasional dari negara lain, Pertamina terlihat kecil. Menurut analisa konsultan Mc Kinsey, Pertamina di urutan ke 43 dalam hal perolehan laba. Perusahaan minyak dari negara sebelah, Petronas ada di urutan 7, dan PetroChina ada di urutan 5.

Di sector hulu, Pertamina tidak punya posisi kuat dibandingkan dengan perusahaan minyak nasional lain. Produksi minyak Pertamina dikisaran 140 ribu BPH (barrel per hari) dan gas di kisaran 1 juta kaki kubik per hari (MMCF). Kalah jauh dibandingkan dengan Petronas, yang mampu berproduksi minyak di kisaran 600 ribu BPH dan gas mendekati 5 juta MMCF. Dengan PetroChina juga kalah jauh. Perusahaan asal china ini memproduksi minyak di kisaran 2 juta bph dan gas mendekati 3 juta MMCF. Terlebih lagi kalau dibandingkan dengan Saudi Aramco tentu tak tertrandingi. Perusahaan asal Arab Saudi ini menghasilkan minyak mendekati 10 juta BPH dan gas di kisaran 6 juta MMCF.

Merasa posisinya kecil dibandingkan dengan perusahaan lain, tidak menyurutkan tekad Dirut Pertamina, Karen Agustiawan, untuk mewujudkan perusahaan berkelas dunia. Program transformasi yang telah dilakukan Direksi terdahulu tetap dilanjutkan. Dukungan pemerintah dan para stakeholder, tentunya sangat diperlukan. Dengan cara memberikan kesempatan dan berpihak pada perusahaan milik sendiri.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar