Senin, 08 Februari 2010

Ternyata PLN Bisa Mendapatkan Gas

PT PLN menjanjikan bisa menghemat subsidi sebesar Rp. 15 triliun, dari peralihan penggunaan BBM ke gas. Dirut PLN, Dahlan Iskan ingin membuktikan janjinya, bahwa dengan mengganti mesin pembangkit yang boros BBM dengan gas, akan diperoleh penyediaan listrik yang efisien.

Kepastian memperoleh gas ini didapat setelah pemerintah merencanakan membangun floating storage receiving terminal LNG. Ini adalah sarana untuk menerima LNG dalam bentuk cair untuk disimpan. Selanjutnya diubah kembali menjadi gas sebelum digunakan sebagai bahan bakar.

Terminal akan dibangun di empat tempat, yaitu di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara. Receiving terminal ini untuk menerima LNG dari Kilang Tangguh, Kilang Bontang dan beberapa kilang lain termasuk impor dari Qatar.

PLN tidak perlu membangun sendiri Receiving terminal. Pertamina dan PGN akan bekerja sama membangunnya di Jawa Barat dengan share 60 – 40 persen. Untuk di Sumatera dibangun oleh PGN dan di Jawa Timur dibangun oleh Pertamina. Sedangkan PLN bertindak sebagai pembeli gas (offtaker).

Biaya membangun setiap storage sekitar USD 230 juta. Teknologi floating storage dipilih karena paling efisien, paling cepat dan paling murah dan diharapkan pada September 2011 sudah bisa beroperasi.

Dengan beroperasinya terminal ini, PLN bisa memenuhi kekurangan gas yang mencapai sekitar 435 MMSCFD. Pada 2012 defisit akan naik hingga 400 MMSCFD dan pada 2014 membengkak hingga 600 MMSCFSD.

Keempat terminal penerima gas ini, akan menerima gas milik Pertamina sebanyak 780 MMSCFD. Rinciannya, di Jawa Barat 400 MMSCFD, Jawa Timur 160 MMSCFD, Sumatera Utara 160 MMSCFD dan Bali 60 MMSCD.

Sebenarnya, PLN mempunyai peluang mendapatkan LNG semenjak dulu. Hanya saja, tidak dilakukan karena harganya dinilai terlalu tinggi. Harga LNG sampai di Jawa sebesar US $ 12,16 per MMBTU ( Million Matrix British Termal Unit). Harga ini meliputi harga gas di mulut sumur US $ 6,16 per MMBTU, biaya menjadikan LNG US $ 3 per MMBTU, biaya angkut ke Jawa US $ 2 per MMBTU dan regasifikasi US $ 1 per MMBTU.

Bahkan, saat itu PLN hanya akan membeli gas jika pihaknya membangun pembangkit di sekitar mulut ladang gas. Sebab, jika gas tersebut dibawa ke Jawa dalam bentuk LNG harganya menjadi tidak ekonomis.

Dirut PLN yang baru berpikir lain. Walau LNG tergolong mahal, masih lebih murah jika dibandingkan BBM. Bukankah harga bahan bakar cenderung bertahan seperti saat ini, dan tak ada tanda-tanda untuk turun (chb).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar