Kamis, 25 Maret 2010

Siap-Siap BBM Mahal

Pada tahun 2014 – 2015, atau setelah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berakhir, kita tidak bisa lagi menikmati Bahan Bakar Minyak (BBM) murah sebagaimana saat ini. Saat itu, pemerintah menerapkan harga keekonomian. Tujuannya, agar masyarakt lebih efisien menggunakan energi.

“Saya kira baik listrik dan BBM itu kita menuju harga keekonomian, kita harapkan pada 2014 dan 2015. Saat itu kita sudah sampai pada pemahaman bersama dan sudah dipraktikkan tentang harga keekonomian itu,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy.

Pemerintahan SBY pernah menaikkan harga BBM pada Juli 2008 lalu, setahun menjelang pemerintahan berakhir. Boleh jadi, hal serupa akan diulang pada 2015 nanti, sesaat sebelum pemerintahannya berakhir.

“Salah satu yang terpikir adalah bagaimana kita mendidik masyarakat, termasuk yang tidak mampu, agar memahami harga keekonomian. Kalau harganya mahal, dia akan hemat,” kata mantan ekonomin dari Partai Demokrat itu.

Manurutnya, walau harga keekonomian sudah diterapkan, pemerintah tetap memperhatikan masyarakat miskin. Caranya, memberikan subsidi langsung. Seperti menggunakan kartu fasilitas (smart card) sebagaimana yang sedang diuji cobakan di Pulau Bintan dan Batam.

Yang jelas, harga BBM jenis premium dan solar tidak lagi sebesar Rp. 4.500, seperti yang kita dapati di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) selama ini.

Kita bisa menghitung berapa pantasnya harga keekonomian BBM. Kita mulai dari melihat harga minyak mentah (crude) saat ini dikisaran US $ 80 per barrel. Nilai US $ 1 setara dengan Rp. 9.120. Jadi harga crude per barrel Rp. 729.600 (80 X 9.120). Sedangkan 1 barrel setara dengan 158,9 liter. Maka harga crude 1 liter adalah Rp. 4.591 (729.600 : 158,9).

Harga dikisaran Rp. 4.600 itu hanya nilai crude saja. Jika minyak mentah ini diperoleh dari Timur Tengah, tentu saja ditambah ongkos pengapalan hingga ke tempat pengolahan (kilang). Sesampai di kilang minyak , dilakukan proses pengolahan hingga menjadi BBM yang siap dikonsumsi. Setelah minyak mentah menjadi BBM, selanjutnya BBM dikirim ke Depot penyimpanan yang berada di berbagai tempat. Barulah setelah itu, BBM dikirim ke konsumen melalui SPBU atau langsung ke konsumen.

Perjalanan panjang aliran BBM, tentunya memerlukan angkutan laut dan darat sehingga ada komponen biaya transportasi. Disamping itu, setiap kali pengangkutan dan penyimpanan BBM ada resiko hilang karena penguapan (losses), jumlah yang bisa ditolerir sebesar 0,5%.

Jadi berapa pantasnya harga keekonomian BBM. Setidaknya bisa dilihat dari harga yang ditetapkan Pertamina setiap tanggal 1 dan 15. Seperti penetapan harga pada pertengahan Maret lalu, harga BBM jenis Pertamax Rp. 7.000 hingga Rp. 9.400, Pertamina Dex (sejenis solar) Rp. 7.400.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar